Berbusana membuat tampilan kita semakin memacarkan kewibawaan. Berikut 6 tips mengenakan baju berbahan kulit bagi wanita.
Sebelum membahasnya ada baiknya kita membahas tentang konsep dasarnya. Berikut ini adalah uraian yang dapat Anda pahami.
Konsep Dasar Berbusana
Pengertian Busana
Yang dimaksud dengan busana dalam arti umum adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh seseorang. Sebagai contoh yaitu kebaya dan kain panjang atau sarung, rok, blus, blazer, bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang (brassier) atau Buste Houder (BH), rok dalam, bebe dalam. Dalam pengertian lebih luas sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, khususnya bidang busana, termasuk ke dalamnya aspek-aspek yang menyertainya sebagai perlengkapan pakaian itu sendiri, baik dalam kelompok milineris (millineries) maupun aksesoris (accessories).
Dalam arti sempit busana dapat diartikan bahan tekstil yang disampirkan atau dijahit terlebih dahulu dipakai untuk penutup tubuh seseorang yang langsung menutup kulit ataupun yang tidak langsung menutup kulit seperti sarung atau kain dan kebaya, rok, blus, bebe, celana panjang atau pendek, kemeja, singlet, BH (bahasa Belanda), piyama, dan daster.
Pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang kita pakai mulai dari kepala sampai dengan ujung kaki yang menampilkan keindahan meliputi :
- Yang bersifat pokok seperti : kebaya dan kain panjang, sarung, rok, blus, blazer, bebe, celana rok, celana pendek atau celana panjang (pantalon), sporthem, kemeja, T-Shirt, piyama, singlet, kutang, BH, rok dalam, bebe dalam.
- Yang bersifat pelengkap seperti : alas kaki (khususnya sepatu, sandal, selop), kaus kaki, tas, topi, peci, selendang, kerudung, dasi, scarf, syaal, stola, ikat pinggang, sarung tangan, payung, yang dalam istilah asing disebut millineries.
- Yang bersifat menambah seperti : pita rambut, sirkam, bondu, jepit hias, penjepit dasi, kancing manset (manchet), jam tangan, kaca mata, giwang, anting, kalung dan liontin, gelang tangan, gelang kaki, cincin, bros, mahkota, yang dalam istilah asing disebut accessories.
Lingkup Busana
Manusia yang beradab, dalam kehidupannya tidak dapat melepaskan diri dari berbusana. Ini dapat diartikan sebagai salah satu kebutuhan manusia yang setiap hari diperlukan atau dipergunakan sebagai alat penunjang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam lingkup Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, ini merupakan satu di antara lingkup yang lainnya, yang di dalamnya mencakup ilmu, seni dan keterampilan.
Lingkup bidang busana, secara lebih luas tidak hanya berbicara tentang yang berkaitan dengan busana yang dipergunakan seseorang untuk penutup tubuhnya, tetapi termasuk segala sesuatu yang terkait dengan kain, benang, bahan pelengkap busana. Yang termasuk di dalam lingkup ini, yaitu dasar desain lenan rumah tangga, berbagai jenis lenan rumah tangga dengan berbagai hiasan (sulaman, bordir, aplikasi, penerapan payet, mute, sablon, batik, jumputan, dan sebagainya), pengetahuan dan praktek pembuatan hiasan dinding dengan berbagai hiasan seperti berbagai sulaman tangan dan bordir.
Kajian Busana
Busana ditinjau dari kehidupan masyarakat akan memberikan gambaran tentang tingkatan sosial ekonomi. Di samping itu, ini akan menunjukkan tingkatan budaya masyarakat. Berbicara mode (fashion) berkaitan dengan selera individu, masyarakat yang akan dipengaruhi oleh lingkungan budaya tertentu, khususnya selera dalam mode.
Kebutuhan akan busana pada individu atau sekelompok orang akan di[1]tentukan oleh aktivitas yang dilakukan, perhatian akan berbusana, kondisi ekonomi, dan semakin kuatnya perkembangan mode busana, serta perkembangan teknologi. Menurut Prof.Dr.Koentjaraningrat teknologi merupakan salah satu unsur dari 7 unsur kebudayaan yang universal, yaitu : (1) sistem religi dan upacara keagamaan, (2) sistem dan organisasi kemasyarakatan, (3) sistem pengetahuan, (4) bahasa, (5) kesenian, (6) sistem dan pencaharian hidup, serta (7) sistem teknologi dan peralatan.
Dengan perkembangan teknologi salah satunya akan mempunyai dampak pada hasil teknologi tekstil. Perkembangan teknologi berkaitan dengan busana, yaitu teknologi pembuatan tekstil, yang akan mempunyai dampak pada perkembangan busana. Soerjono Soekanto,SH,MA. mengungkapkan, teknologi tersebut pada hakikatnya meliputi paling sedikit tujuh unsur, yaitu : (1) alat-alat produktif, (2) senjata, (3) wadah, (4) makanan dan minuman, (5) pakaian dan perhiasan, (6) tempat berlindung dan perumahan, serta (7) alat-alat transportasi.
Menurut Soerjono Soekanto,SH,MA. tersebut di atas pakaian (busana) merupakan salah satu unsur dari teknologi. Untuk terealisasi adanya bahan untuk busana diperlukan teknologi pembuatan tekstil. Dalam studi mengenai difusi, tokoh utama aliran difusi dari Amerika Serikat Frans Boas (1858-1942) mengemukakan konsep tentang marginal survival. Konsep mengenai marginal survival itu merupakan benih bagi berkembangnya konsep mengenai Cultural Area yang di[1]lakukan oleh Clark Wisaler (1877-1947).
Perhatian terhadap pakaian/busana sudah ada sejak lama, bahkan sejajar dengan kebudayaan dalam unsur kebendaan dan yang abstrak yang lain seperti alat[1]alat pertanian dan alat-alat transport, sistem organisasi, sistem perekonomian. Dari sejak itu pula orang-orang dulu sudah mengerjakan pekerjaan tenun, yang berarti teknologi pembuatan tekstil sudah dilakukan sejak empat ribu tahun yang lalu, yang secara bertahap teknologi pembuatan tekstil atau kain, bahan pakaian/busana ber[1]kembang. Dari teknologi tekstil yang sudah cukup berkembang menghasilkan ber[1]bagai produk bahan busana yang beragam dalam jenis dan sifat kain, warna, corak atau motif kain. Produk teknologi tekstil akan mendorong munculnya berbagai model busana yang dibutuhkan oleh individu atau kelompok masyarakat tertentu dalam lingkungan tertentu. Dari teknologi yang berkaitan dengan busana, akan muncul, berkembang berbagai usaha bidang busana, seperti garment, konfeksi, sanggar busana, atelier, butik, modiste.
Ditinjau dari segi agama, busana juga terkait dengan kehidupan beragama, seperti dalam ritual-ritual keagamaan. Dalam agama Islam untuk kaum hawa atau perempuan menggunakan busana muslimah. Bahkan mengenai busana muslimah ini berkembang studi busana muslimah, pendidikan (formal dan nonformal) busana muslimah, pelatihan busana muslimah, modiste busana muslimah, tailor dan atelier busana muslimah, perancang (designer) busana muslimah, butik busana muslimah, toko busana muslimah, fashion show busana muslimah.
Hakikat dan Fungsi Busana
Keberadaan dan Kegunaan Busana
Busana dalam kehidupan manusia pada umumnya tidak dapat dilepaskan dari manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang realitanya selalu berkembang dari suatu periode ke periode berikutnya. Kebudayaan bersifat akumulatif, artinya makin lama bertambah kaya, karena manusia pemikirannya tambah berkembang, ber[1]tambah maju, sehingga relatif banyak menghasilkan sesuatu yang berguna yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yang lainnya.
Menurut Prof.Drs.Harsojo, karena sifat-sifat dan kemampuan manusia diberi sebutan berbagai macam yaitu manusia sebagai homo sapiens (makhluk biologis yang dapat berpikir), sebagai homo faber (makhluk yang pandai membuat alat dan mempergunakannya), sebagai homo loquens (makhluk yang dapat berbicara untuk mengadakan komunikasi sosial), sebagai homo socialis (makhluk yang dapat hidup bermasyarakat), sebagai homo economicus (makhluk yang dapat mengorganisasikan segenap usahanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya), sebagai homo religiousus (makhluk yang berpikir mengenai tempatnya di dunia dan menyadari akan adanya kekuatan gaib yang lebih tinggi), sebagai homo delegans (makhluk yang tidak selalu mengerjakan sendiri pekerjaannya, tetapi mampu menyerahkan tugas kepada yang lain), sebagai homo legatus (makhluk yang diwariskan kebudayaannya kepada generasi berikutnya).
Dalam kaitan manusia sebagai makhluk homo sapiens dan homo faber berkenaan dengan keberadaan busana, manusia dengan hasil pemikiran dan keterampilannya telah berupaya membuat busana pada periode tertentu. Apabila dilihat dari perkembangan busana dari awal sampai sekarang, busana berkembang dari mulai yang paling sederhana, seperti dari daun-daun, kulit pohon kayu, kulit binatang yang diproses dengan alat yang sangat sederhana yang ada pada saat itu, atau dari kulit binatang, kulit kerang yang diuntai, yang saat itu belum ada pemi[1]kiran membuat kain dengan ditenun atau dirajut.
Selanjutnya, manusia sebagai makhluk homo faber ini terus menyempurnakan busana yang sangat primitif, sederhana, dengan membuat busana atau bahan busana dari serat pohon atau bulu binatang yang diproses sedemikian rupa, misalnya dengan membuat alat tenun sederhana dan menenunnya menjadi kain. Kain itu kemudian dibuat busana dengan model yang sangat sederhana, sesuai dengan hasil pemikiran dan peralatan yang tersedia saat itu. Dengan hasil pemikiran manusia yang terus berkembang, ilmu pengetahuan dan teknologi juga lebih maju lagi, maka pembuatan busana pun mempergunakan alat teknologi yang lebih canggih lagi, sehingga manusia juga telah dapat membuat busana yang lebih bervariasi.
Kemajuan ini disebabkan manusia dikaji dari antropologi sebagai makhluk biologis dan sebagai makhluk yang berpikir atau disebut homo sapiens. Dari makhluk yang berpikir ini manusia salah satunya dapat membuat busana dengan alat-alat yang tersedia pada zamannya masing-masing, sehingga model busana berkembang dari mulai zaman prasejarah sampai dengan zaman modern sekarang ini. Makhluk yang pandai membuat dengan mempergunakan alat ini (homo faber) dapat memunculkan keberadaan busana untuk memenuhi kebutuhan manusia menutup badannya.
Kebutuhan busana di zaman primitif, di zaman prasejarah dan di zaman modern yang penuh dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks) tentu berbeda sesuai dengan kondisi alam dan manusia pada masanya. Busana sebagai kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan sebagai kebutuhan-kebutuhan primer, sekunder, dan tertier.
Sesuai dengan kebutuhan ini, pada awalnya sangat tergantung dari alam, maka fokus kegunaan busana dapat dikatakan merata, dalam arti untuk menutup aurat, melindungi badan agar tetap sehat, dan untuk penampilan yang serasi.
Sesuai dengan perkembangan zaman, perkembangan budaya yang datang dari perkembangan hasil pemikiran manusia yang di antaranya menghasilkan teknologi yang lebih tinggi, maka saat ini busana bukan hanya menutup aurat, melindungi kesehatan, tetapi sudah menambah fokus perhatiannya pada penampilan[1]nya, yang dengan kata lain orang telah memperhatikan tentang keserasian dari berbusana itu. Semua itu dipikirkan karena pada hakekatnya kegunaan busana sudah lebih meluas, yang tadinya hanya menutup aurat dan memelihara kesehatan, menjadi bertambah kegunaannya, yaitu dengan berbusana untuk tampil serasi, menjadi lebih cantik atau lebih tampan atau minimal kelihatan serasi.
Bentuk Dasar Ukuran Standar Busana
Dilihat dari ras yang ada di dunia ini yang telah dikelompokan oleh Ralph Linton, A.L.Kralber, A.Hooten, Deniker, Kroeber bahwa manusia dikelompokkan menjadi tiga kelompok ras yang besar, yaitu caucasia (caucasoid), mongoloid, dan negroid. Pengertian ras yaitu konsepsi biologi yang memberikan batasan, persamaan tanda-tanda fisik yang sifatnya akan menurun. Tanda-tanda fisik yang menurun yang masih akan terlihat pada fisik suku-suku bangsa di dunia ini, terlihat pada bangsa[1]bangsa di setiap benua dan negara. Dari setiap benua itu relatif mempunyai ciri-ciri fisik tertentu, misalnya orang dari Asia berbeda dengan dari Amerika, Australia, dan Eropa, yaitu tubuh (badan) lebih pendek dan berhidung lebih pendek pula. Di dalamnya juga ada suku bangsa, atau ras yang mempunyai tanda fisik yang berbeda misalnya orang Indian dari Amerika, Negro dari Afrika, orang Irian, Maluku dari Indonesia.
Ciri-ciri fisik ini yang diturunkan dari kelompok tiga ras tadi secara empiris dapat dijadikan dasar untuk mengelompokan ukuran standar busana yaitu ukuran Large (L), Extra Large (EL), Medium (M) dan Small (S). Ukuran standar L, EL, M, S, pada bangsa-bangsa di Asia, Amerika, Australia, dan Eropa secara umum dapat berbeda, karena mempunyai bentuk tubuh yang berbeda. Jadi, dalam memproduksi busana hendaknya dapat menyesuaikan dengan ciri-ciri fisik secara umum dari se[1]tiap bangsa di negara-negara tersebut, misalnya ukuran L, EL, M dan S di Indonesia akan berbeda dengan ukuran Standar (L, EL, M, S) di Amerika.
Fungsi Busana
Busana Sebagai Alat Pelindung
Mempertahankan diri dari berbagai tantangan alam, misalnya dari angin, panas, hujan, sengatan binatang dan sebagainya. Salah satu yang dapat dijadikan alat untuk dapat melindungi badan agar tetap sehat yaitu busana, apabila bahan, model, warna sesuai dengan iklim atau cuaca, kondisi lingkungan di mana busana itu dipergunakan. Dapat dicontohkan untuk daerah yang beriklim panas, kita harus dapat memilih bahan, warna, model yang tidak menyebabkan kita lebih kepanasan, misalnya dipilih bahan dari katun (batik, poplin, voile), model dengan kerah yang tidak menutup leher, lengan pendek dan warna yang muda. Dari segi keamanan diri, manusia melindungi dirinya dengan pakaian besi (di zaman Yunani dan Romawi), pakaian rompi anti peluru (digunakan oleh para kepala negara/pemerintahan dan para detektif), topi baja (helm baja) diperguna[1]kan oleh para serdadu di medan perang.
Busana yang dapat menunjang agar seseorang tetap sehat, yaitu :
- Bahan harus dipilih sesuai dengan iklim di mana busana itu dipakai, karena bahan pakaian mempunyai sifat yang berbeda.
- Model busana pun harus disesuaikan dengan iklim yaitu misalnya model[1]model busana yang berlengan panjang, dengan kerah tegak menutup leher akan lebih sesuai untuk dipergunakan di iklim yang dingin. Untuk daerah yang iklim panas sebaiknya dipilih model yang tidak menambah kepanasan bagi tubuh kita.
- Warna yang dipilih hendaknya disesuaikan dengan iklim dan waktu pemakaian.
- Selanjutnya, yang sangat perlu diperhatikan adalah pemeliharaannya. Bagai[1]manapun serasinya, bagus atau indahnya busana, apalagi yang dipergunakan sehari-hari kalau kurang terpelihara dapat menimbulkan sakit.
- Waktu perlu diperhatikan dalam pemilihan, mempergunakan busana, karena kadang-kadang ada model-model busana yang sesuai dipergunakan hanya untuk siang atau malam hari.
Busana Sebagai Alat Penunjang Komunikasi
Seperti kita ketahui dalam komunikasi terdapat pernyataan antarmanusia. Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan (message) dari komunikator (communicator) kepada komunikan (communicant). Pada umumnya, salah satu yang dipakai pada waktu berkomunikasi itu adalah busana. Dengan demikian, busana dapat dikatakan sebagai salah satu alat penunjang yang dipergunakan dalam berkomunikasi. Agar busana dapat menjadi alat penunjang yang memadai dalam berkomunikasi, maka perlu diperhatikan beberapa hal :
(1) Kebersihan dan Kerapihan
Dengan berbusana yang rapi dan bersih, masyarakat disekelilingnya akan mudah menerimanya karena busananya tidak berbau yang tidak enak, serasi dipandang, sehingga tidak mengganggu dalam per[1]gaulan.
(2) Kesopanan, Kesusilaan, atau Peradaban
Berbusana yang sesuai dengan tata tertib setempat, misalnya ber[1]busana seragam akan dapat memudahkan berkomunikasi karena dia merasa tidak ada ganjalan dalam dirinya misalnya merasa takut dimarahi, malu tidak sama busananya dengan yang lain, takut dihukum, takut diketahui sebagai siswa yang melanggar tata tertib atau ada perasaan tidak percaya diri. Hal tersebut dapat mengganggu kelancaran berkomunikasi.
(4) Keserasian
Keserasian akan menimbulkan rasa kagum, enak bagi yang melihat[1]nya dan dapat menunjukkan status sosial seseorang serta dapat memper[1]lancar dalam berkomunikasi. Dapat dikemukakan contoh, bahwa orang akan lebih mudah diterima oleh seseorang atau lingkungan jika busananya serasi dari pada berbusana kumal, berbusana asal, tanpa memperhatikan keserasian model, warna dengan dirinya. Jadi keserasian dalam berbusana sebagai salah satu yang harus diperhatikan agar dapat memperlancar seseorang untuk berkomunikasi
Busana Sebagai Alat Memperindah
Pada dasarnya bahwa manusia adalah mahluk yang senang pada sesuatu yang serasi, bagus dan indah. Dapat dikatakan bahwa manusia membutuhkan sesuatu yang indah atau senang melihat yang indah.
Sebelum manusia mempergunakan bahan tekstil, manusia melumuri badannya dengan lumpur berwarna, menghias badannya dengan tattoo atau menutup badannya dengan rantai dari kerang, manik-manik, daun-daunan, kulit kayu yang dipukul-pukul. Selain dari pada itu mereka melubangi telinga atau hidungnya untuk menggantungkan perhiasan, menata rambut, kuku dan ber[1]make up. Semuanya itu bermaksud supaya lebih baik, cantik atau indah.
Setelah lebih berkembang pemikirannya, manusia mulai belajar menenun sehingga dapat menghasilkan bahan pakaian yang dinamakan tekstil. Dengan makin meningkatnya produksi tekstil pada setiap waktu, setiap orang dapat mempergunakannya dengan leluasa. Sebagai orang yang belajar Ilmu Kesejah[1]teraan Keluarga khususnya dan mempergunakan bahan umumnya diharapkan dapat memanfaatkannya semaksimal mungkin, sehingga bahan tekstil atau busana ini dapat betul-betul berfungsi untuk dirinya.
Supaya dapat berfungsi untuk keindahan kalau seseorang terampil memilih warna, corak, dan model yang disesuaikan dengan pemakai, sehingga dengan itu dapat :
Menutupi Kekurangan Pada Tubuh Seseorang
Busana dapat berfungsi untuk menutupi kekurangan pada tubuhnya seperti orang yang gemuk agar tampak langsing perlu memilih model atau corak yang banyak menggunakan garis vertikal. Misalnya contoh gambar berikut ini.
Gambar Model Busana Garis Vertikal
Contoh lain bahu yang terlalu miring, dapat diperbaiki melalui busana yaitu dengan memakai bantalan bahu; pinggang yang terlalu atas (badan atas terlalu pendek) pilihlah model bebe tanpa sambungan pinggang tetapi bebe dengan model bawah pinggang; panggul yang terlalu besar, pilih[1]lah model rok yang tidak berkerut, lipit yang tidak terlalu banyak dan dijahit sampai di panggul, misalnya rok lipit hadap, rok lipit sungkup, rok suai
Membuat Seseorang Lebih Cantik, Tampan.
Dengan pemilihan warna/corak, model yang sesuai dengan pemakai, juga perlengkapan busana yang sesuai dengan busananya, kesempatan pemakaian akan menambah seseorang lebih menarik, cantik atau tampan. Orang yang tadinya tidak tahu berbusana yang rapi, serasi kemudian dia sekarang punya pengetahuan dan mau mengaplikasikannya pada dirinya, maka seseorang itu dapat kelihatan lebih menarik cara berbusananya atau penampilannya dari pada biasanya.